Senin, Januari 30, 2012

Kerajaan Sumedang Larang

kerajaan sumedang larang adalah salah satu kerajaan islam yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-16 Masehi dijawa barat,popularitas kerajaan ini tidak sebesar popularitas kerajaan Demak,Mataram,Banten,dan Cirebon. Dalam literatur sejarah kerajaan-kerajaan islam diindonesia. tapi, keberadaan kerajaan ini merupakan bukti sejarah yang sangat kuat pengaruhnya dalam penyebaran islam dijawa barat,sebagaimana yang dilakukan oleh kerajaan Cirebon dan kerajaan Banten.
Kerajaan sumedang larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh yang beragama Hindu,yang didirikan oleh Prabu Ajiputih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum keraton Galuh dipindahkan kepajajaran-bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan,nama Sumedang mengalami beberapa perubahan, yang pertama yaitu kerajaan Tembong Agung (tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Ajiputih pada masa abad ke-12. Kemudian pada zaman Prabu Tajimalela diganti menjadi Himbar buana,yang berarti menerangi Alam,Prabu Tajimalela pernah berkata "Isun medal,Isun madangan" artinya aku dilahirkan,aku menerangi. Kata Sumedang diambil dari kata Isun madangan yang berubah pengucapannya menjadi Sun madang yang selanjutnya menjadi Sumedang.

Raja-raja Sumedang Larang

1. Prabu Ajiguru putih (900 M)

2. Prabu Agung resi atau cakrabuana atau Prabu Tajimalela (950 M)

3. Prabu Gajah Agung (980 M)

4. Sunan Guling (1000 M)

5. Sunan Tuakan (1200 M)

6. Nyimas Ratu Patuakan (1450 M)

7. Ratu Pucukumun atau Nyimas Ratu Dewi Intendewata (1530-1578 M)

8. Prabu GeusanUlun atau Pangeran Angkawijaya (1578-1601 M)


Prabu Agung Resi Cakrabuana (950 M)

Prabu Agung resi cakrabuana atau lebih dikenal dengan nama Prabu Tajimalela dianggap sebagai pokok pendirinya kerajaan sumedang, pada awal berdiri berdiri bernama kerajaan Tembong Agung dengan ibu kota didaerah leuwi hideung (sekarang kecamatan Darmaraja) ia punya tiga putra yaitu Prabu Lembu agung,Prabu Gajah agung,dan Sunan Geusan ulun. Berdasarkan layang Darmaraja Prabu Tajimalela memberikan perintah kepada kedua putranya (Prabu lembuagung dan Prabu Gajahagung),untuk menjadi Raja dan patih tapi, keduanya tidak ada yang bersedia untuk menjadi Raja ataupun menjadi patih. Oleh karena itu Prabu Tajimalela memberi ujian kepada kedua putranya jika kalah harus menjadi Raja maka kedua putranya disuruh pergu kesebuah gunung Nurmala (sekarang gunung sangkan jaya) keduanya diperintah untuk menjaga sebilah pedang dan kelapa muda atau dewegan tetapi Prabu Gajah agung karena sangat kehausan beliau membelah dan meminum air kelapa muda tersebut sehingga beluau dinyatakan kalah,dan harus menjadi Raja Sumedang Larang tetapi wilayah ibu kota harus mencari sendiri. Sedangkan Prabu Lembu agung tetap dileuwihideung,menjadi Raja sementara yang biasa disebut juga Prabu Lembu petengaji untuk sekedar memenuhi wasiat Prabu Tajimalela setelah itu kerajaan Sumedang Larang diserahkan kepada Prabu Gajahagung dan Prabu lembuwesi menjadi Resi. Prabu lembu agung dan keturunannya tetap berada di Darmaraja sedangkan Sunan Geusan ulun san keturunannya tersebar dilimbangan,karawang,dan brebes.

Setelah Prabu Gajahagung menjadi Raja maka kerajaan dipindahkan ke Ciguling,ia dimakamkan dicicanting kecamatan darmaraja ia mempunyai dua orang putra pertama Ratu Istri Rajamantri,menikah dengan Prabu siliwangi dan mengikuti suaminya pindah kepakuan pajajaran, kedua Sunan guling yang melanjutkan jadi Raja disumedang larang. Setelah sunan guling meninggal kemudian tahta kerajaan diganti oleh putra tunggalnya yaitu Sunan Tuakan,setelah itu kerajaan dipimpin oleh putrinya Nyimas Ratu Patuakan, nyimas ratu patuakan mempunyai suami yaitu sunan Corenda,putra sunan parung cucu prabu siliwangi (Prabu Ratudewata),nyimas ratu patuakan mempunyai seorang putri bernama Nyimas Ratu intendewata (1530-1578 M), yang setelah ia meninggal menggantikannya nenjadi Ratu dengan gelar Ratu Pucukumun.

Ratu Pucukumun menikah dengan Pangeran Kusumah dewata,putra pangeran pamalekaran (Dipati teterung) putra Arya damar sultan pakembang keturunan majapahit,ibunya Ratu martasari /Nyimas Ranggawulung,keturunan Sunan gunung jati dari cirebon. Pangeran kusumahdewata lebih dikenal dengan julukan pangeran santri karena asalnya tang dari pesantren dan prilakunya yang sangat alim. Dengan pernikahan tersebut berakhirlah masa kerajaan hindu disumedang larang. Sejak itulah mulai menyebarnya agama islam diwilayah Sumedang larang.

Pucukumun dan Pangeran Santri

pada pertengahan abad ke-16,mulailah corak agama ilslam mewarnai perkembangan Sumedang larang Ratu Pucukumun, keturunan Raja-raja Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah menikahi pangeran Santri (1505-1579 M) bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang larang bersama-sama serta menyebarkan agama islam diwilayah tersebut. Pangeran santri adalah cucu dari Syekh Datuk kahfi,seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari mekkah dan menyebarkan agama islam dipenjuru daerah dikerajaan Sunda. Pernikahan pangeran santri dan Ratu Pucukumun ini melahirkan Prabu Geusanulun atau dikenal dengan nama Prabu Angkawijaya. Pada masa Ratu Pucukumun, ibukota kerajaan Sumedang larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya.
Dari pernikahan Panferan santri dan Ratu Pucukumun mereka memiliki enam orang anak yaitu:
1. Pangeran Angkawijaya (Prabu Geusanulun)

2. Kiyai Ranggahaji (yang mengalahkan Arya kuda panjalu tinarimbang supaya memeluk islam)

3. Kiyai Demamg watang Diwalakung

4. Santowaan Wirakusumah (yang keturunannya berada dipagaden dan pamanukan subang)

5. Santowaan Cikeruh

6. Santowaan Awiluar

Ratu Pucukumun dimakamkan digunung Ciung pasarean Gede dikota Sumedang.

Prabu Geusanulun

Prabu Geusanulun (1580-1608 M) dinobatkan untuk menggantikan kekuasaan Ayahnya pangeran santri, iamenetapkan kutamaya sebagai ibukota kerajaan Sumedang larang,yang yang letaknya dibagian barat kota. wilayah kekuasaannya meliputi Kuningan,Bandung,Garut,Tasik,Sukabumi(priangan) kecuali Galuh (Ciamis),kerajaan Sumedang larang pada masa pemerintahan Prabu Geusanulun mengalami kemajuan yang sangat pesat dibidang Sosial,Budaya,Agama,Militer,dan Politik pemerintahaan. Setelah wafat tahun 1608 M, Putra Angkatnya Pangeran Rangga gempol kusumadinata atau Rangga gempol 1,yang dikenal dengan nama Raden Arya Suradiwangsa menggantikan kepemimpinannya.

Pada masa awal pemerintahan Prabu Geusanulun, kerajaan Pajajaran Galuh Pakuan sedang dalam masa kehancurannya karena diserang oleh kerajaan banten yang dipimpin Sultan Maulana yusuf dalam rangka menyebarkan Agama Islam. Oleh karena penyerangan itu kerajaan Pajajaran jadi hancur pada saat-saat kekalahan kerajaan Pajajaran,Prabu Siliwangi sebelum meninggalkan keraton beliau mengutus empat prajurit pilihan tangan kanan Prabu Siliwangi untuk pergi kekerajaan Sumedang dengan rakyat pajajaran untuk mencari perlindungan yang disebut Kandaga lante. Kandaga lante tersebut menyerahkan mahkota emas simbol kekuasaan Pajajaran,kalung bersusun dua dan tiga,serta perhiasan lainnya seperti benten,siger,tampekan,dan kilatbahu (pusaka tersebut masih tersimpan dimuseum Prabu Geusanulun Sumedang).
Kandaga lante yang menyerahkan barang tersebut empat orang yaitu Sanghyang Hawu atau Embah jayaperkosa,Batara Dipatiwiradijaya atau Ebah Nangganan,Sanghyang kondanng hapa,dan Batara Pancar buana atau Embah terong peot.

Walaupun pada waktu itu tempat penobatan Raja direbut oleh pasukan Banten (Wadyabala Banten) tetapi mahkota kerajaan terselamatkan. Dengan diberikannya mahkota tersebut pada Prabu Geusanulun, maka dapat dianggap bahwa kerajaan pajajaran galuh pakuan menjadi bagian kerajaan sumedang larang,sehingga wilayah kerajaan sumedang menjadi luas,batas wilayah baratnya adalah sungai Cisadane,batas wilayah bagian timur sungai Cipamali (kecuali Cirebon dan Jayakarta),batas sebelah utara laut jawa,batas selatannya Samudera hindia.

Secara politik kerajaan Sumedang larang didesak oleh tiga musuh yaitu:

-Kerajaan Banten yang merasa terhina dan tidak menerima dengan pengangkatan Prabu Geusanulun sebagai pengganti Prabu Siliwangi.

-Pasukan VOC dijayakarta yang selalu menunggu rakyat


-Kesultanan Cirebon yang ditakutkan bergabung dengan kesultanan Banten.

Pada masa itu kesultanan mataram sedang ada dalam masa kejayaanya,banyak kerajaan-kerajaan kecil bergabung kepada mataram. Dengan tujuan politik pula akhirnya Prabu Geusanulun menyatakan bergabung dengan kesultanan mataram dan beliau pergi kedemak dengan tujuan untuk mendalami Agana islam dengan diiringi empat prajurit setianya (kandaga lante). Setelah dari pesantren didemak,sebelum pulang kesumedang ia mampir kecirebon untuk bertemu dengan Panembahan Ratu penguasa Cirebon,dan disambut gembira karna mereka berdua sama-sama keturunan sunan gunung jati.
Dengan sikap dan prilakunya yang sangat baik dan wajah yang sangat rupawan,Prabu Geusanulun disenangi oleh penduduk dicirebon, Permaisuri Panembahan Ratu yang bernama Ratu Harisbaya jatuh cinta kepada Prabu Geusanulun. Ketika dalam perjalanan pulang ternyata tanpa sepengetahuannya,Ratu Harisbaya ikut dalam rombongan dan karena Ratu Harisbaya mengancam akan bunuh diri akhirnya dibawa pulang ke Sumedang. Karena kejadian itu, panembahan ratu marah besar dan mengirim pasukan untuk merebut kembali Ratu Harisbaya sehingga terjadi perang antara cirebon dan sumedang.
Akhirnya Sultan Agung dari mataram meminta kepada Panembahan Ratu untuk berdamai dan menceraikan Ratu Harisbaya yang aslinya dari Pajang-Demak. Dan dinikahkan oleh Sultan Agung dengan Prabu Geusanulun,Panembagan Ratu bersedia dengan syarat Sumedang menyerahkan wilayah sebelah barat sungai Cilutung (sekarang Majalengka) untuk menjadi wilayah cirebon. Karena peperangan itu pula ibukota Sumedamg dipindahkan kedaerah Rengganis,yang sekarang disebut Dayeuh luhur.
Prabu geusanulun mempunyai tiga orang istri

- Nyi mas Cukang Gedengwaru (putri Sunan pada)

- Ratu Harisbaya (Dari Cirebon)

- Nyi mas Pasarean

Dari ketiga istrinya tersebut ia memiliki Lima belas orang anak:

1. Pangeran Ranggagede (yang merupakan cikal bakal bupati sumedang)

2. Raden Arya wiraraja (Di leumah beureum,Darma wangi)

3. Kiyai Kadu Rangga Gede

4. Kiyai Rangga putra kalasa (Dicunduk kayu)

5. Raden Arya Rangga pati (Dihaur kuning)

6. Raden Ngabehi watang

7. Nyi Mas Demang Cipaku

8. Raden Ngabehi Martayuda (Diciawi)

9. Raden Rangga Wiratama (Dicibeureum)

10. Raden Rangga Nitinagara (Dipagaden dan pamanukan)

11. Nyi Mas Rangga pamade

12. Nyi Mas Dipatiukur (Dibandung)

13. Raden Suridiwangsa (putra Ratu harisbaya dari panembahan ratu)

14. Pangeran tumenggung tegal kalong

15. Raden kiyai Demang Cipaku (Didayeuh luhur).

Prabu Geusanulun merupakan Raja terakhir kerajaan Sumedang larang, karena selanjutnya menjadi bagian mataram dan pangkat Raja turun menjadi adipati (Bupati).


Pemerintahan dibawah Mataram

Dipati Rangga Gempol

Pada saat Rangga Gempol memegang kepemimpinan,pada tahun 1620 M Sumedang larang dijadikannya kekuasaan kerajaan Mataram dibawah kekuasaan Sultan Agung,dan statusnya sebagai kerajaan diubahnya menjadi 'Kabupatian wedana' hal ini dilakukannya sebagai upaya menjadikan wilayah Sumedang sebagai wilayah pertahanan Mataram dari serangan Kerajaan Banten dan belanda, yang sedang mengalami konflik dengan mataram. Sultan Agung kemudian memberikan perintah kepada Rangga Gempol dan beserta pasukannya untuk memimpin penyerangan ke Sampang-Madura. Sedangkan pemerintahan untuk sementara diserahkan kepada Adiknya yaitu Dipati Rangga Gede.


Dipati Rangga Gede

Ketika setengah kekuatan militer kadipaten Sumedang larang diperintahkan pergi kesampang madura atas titah Sultan Agung, lalu Datanglah pasukan kerajaan Banten untuk menyerbu,karena Rangga Gede tidak mampu menahan serangan kerajaan banten, ia ahirnya melarikan diri kekalahan ini membuat marah Sultan Agung sehingga ia menahan Dipati Rangga Gede,dan pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada Dipati ukur.


Dipati ukur


Pada tanggal 12 juli 1628 datang utusan Mataram keTimbanganten (tatarukur) Membawa surat Dari Sultan Agung, untuk memerintahkan adipati Wangsanata atau disebut juga Wangsa taruna alias dipati ukur,untuk memimpin pasukannya dan menyerang VOC dibatavia membantu pasukan dari jawa. Waktu itu bulan oktober tahun 1628. Dalam surat tersebut ada semacam perjanjian bahwa pasukan Sunda harus menunggu Pasukan jawa di karawang sebelum nantinya menyerang bersama-sama menyerang Batavia. Tapi sudah satu minggu pasukan dari jawa tidak juga kunjung datang sementara logistic mqkin menipis dan takut kalau mental prajurit jadi turun,maka Dipati ukur memutuskan untuk lebih dulu pergi kebatavia menggempur VOC sambil menunggu bantuan dari jawa.
Baru dua hari pasukan Sunda yang dipimpin oleh dipati ukur berperang melawan VOC, waktu itu pasukan jawa baru tiba dikarawang dan mendapati pasukan sunda tidak ada disana tersinggung merasa tak dihargai,bukannya membantu pasukan sunda yang sedang mati-matian menggempur VOC pasukan jawa ini malah memusuhi pasukan Sunda.
Ditengah kekalutan itu datang utusan dari dayeuh ukur membawa surat dari Enden saribanon yang merupakan istri dari Dipati ukur yang mengabarkan bahwa para gadis,istri-istri prajurit dan bahkan dirinya sendiripun hampir diperkosa oleh panglima utusan mataram dan pasukannya. Panglima dari mataram itu sendiri ada didayeuh ukur dalam rangka mengantarkan surat dari Sultan Agung dan begitu mendengar bahwa Dipati ukur takmengindahkan pesan dari Sultan Agung untuk menunggu pasukan jawa dikarawang, para oanglima ini melampiaskan kemarahannya dengan memperkosa para gadis-gadis dan juga merampas harta benda mereka.
Mendengar kabar itu,Dipati ukur yang sedang berperang memutuskan untuk menghentikan perang dan kembali kepabunteulan (paseur dayeuh tatar ukur,atau bale'endah-Dayeuh kolot sekarang),Dipati ukur yang marah dengan kelakuan para utusan mataram itu sesampainya dipabunteulan langsung menghabisi para utusan mataram itu. sayangnya,dari semua utusan itu ada satu orang yang lolos dwri kematian dan kemudian melapor kepada Sultan Agung perihal apa yang dilakukan Dipati ukur pada dirinya dan teman-temannya.
Dalam 'Nagara kartabumi' disebutkan bahwa salah satu watak Sultan Agung adalah jika memberi tugas kepada bawahannya itu tidak boleh gagal. Jika gagal maka sudsh dipastikan yang bersangkutan akan dihukum mati. Maka panglima Mataram yang lolos inipun agar terhindar dari hukuman mati mengaranglah ia tentang kenapa Pasukan Mataram bisa gagal menaklukan VOC. Semua kesalahan itu ditimpahkan kepundak Dipati ukur. Sultan Agungpun tambah murka karna bagai manapun juga mundurnya Dipati ukur dari medan perang merupakan kerugian besar bagi Mataram. Intinya,penyebab kalahnya Mataram adalah karena mundurnya dipati ukur oleh karenanya,Dipati ukur dicap penghianat dan mau memberontak kepada mataram. Karna Dipati ukur dianggap penghianat dan oemberontak maka Sultan Agung memutuskan untuk menjatuhkan hukuman mati. Akhirnya Sultan Agungpun menyuruh cirebon untuk menangkap Dipati ukur hidup atau mati. Penumpasan Dipati ukur itu dipimpin langsung oleh tumenggung Narapaksa dari Mataram.
Dari kenyataan itu,Dipati ukur kemudian sadar bahwa dirinya sejak sekarang harus menghadapi mataram. Kekuatanpun disusun,Dipati ukur mulai melobi beberapa bupati untuk juga melawan mataram dan menjadi kabupaten yang mandiri.ajakan ini menimbulkan pro dan kontra. Sebagian ada yang setuju seperti bupati Karawang,Ciasem,Sagalaherang,Taraju,Sumedang,Pamanukan,Limbangan,Malangbong dan sebagainya.dan sebagian yang lain tidak setuju diantara yang tidak setuju adalah Ki somahita dari Sindangkasih,ki Asta manggala dari Cihaur beuti, dan ki wirawangsa dari Sukakerta.

Belum juga Dipati ujur berhasil mewujudkan impiannya untuk mendirikan kabupaten yang mandiri yang lepas dari kekuasaan mataram tiba-tiba Bagus sputra,salah satu pemuda yang gagah sakti mandraguna (putra dari bupati kawasen,wilayah Galuh) yang merupakan algojo yang diminta tolong oleh Tumenggung Narapaksa keburu datang untuk menangkapnya. Maka pertarungan sengit antara keduanya tak terelakan lagi konon menurut cerita pertarungan itu berlangsung selama 40 hari 40 malam keduanya memang memiliki ilmu dan jurus-jurus yang mematikan setelah semua tenaga terkuras akhirnya Dipati ukurpun dapat diringkus kemudian dibawa ke cirebon untuk diserahkan ke mataram. Dipati ukur pun ahirnya dihukum mati di alun-alun mataram dengan cara dipenggal kepalanya. Sepeninggalan Dipati ukur wafat,kekuasaan mataram ditatar sunda pun kian kukuh bahkan dipesisir utara banyak pasukan mataram yang tak kembali lagi kemataram dan lebih memilih memperistri penduduk setempat. Untuk menenuhi kebutuhan hidup para prajurit ini kemudian banyak yang membuka lahan sawah terutama didaerah Karawang,berbeda dengan adat masyarakat sunda waktu itu yang umumnya berkebun mungkin inilah yang pada akhirnya sampai sekarang karawang terkenal dengan sawahnya dan menjadi lumbung padi di jawa barat.


Pembagian wilayah Kerajaan

Setelah habis masa hukumannya, Dipati Rangga gede diberikan kekuasaan kembali untuk memerintah di Sumedang. Sedangkan wilayah priangan diluar Sumedang dwn Galuh (ciamis), oleh mataram dibagi menjadi tiga bagian

- Kabupaten Sukapura (dipimpin oleh kiwirawangsa umbul sukakerta, dengan gelar tumenggung Wiradegdaha atau Raden Wirawangsa

- Kabupaten Bandung (Dipimpin oleh Ki Astamanggala umbul cihaur beuti, dengan gelar Tumenggung Wirwngun-angun

- Kabupaten Parakan muncang (Dipimpin oleh kisomahita umbul sindangkasih,dengan gelar Tumenggung Tanubaya


Kesemua wilayah tersebut berada dibawah pengawasan Rangga Gede (Rangga Gempol ll), yang sekaligus ditunjuk Mataram sebagai wedana bupati (kepala para bupati) Priangan.

Peninggalan Budaya

Sampai saat ini,Sumedang masih berstatus kabupaten sebagai sisa peninggalan konflik politik yang banyak diintervensi oleh kerajawn mataram pada masa itu. Adapun artafek sejarah berupa pusaka perang,atribut kerajaan,perlengkapan Raja-raja,dan naskah kuno peninggalan Kerajaan Sumedang larang masih dapat dilihat secara umum dimuseum Prabu Gesanulun sumedang letaknya diselatan alun-alun kota sumedang,bersatu dengan gedung Srimanganti dan bangunan pemerintahan daerah setempat.
Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar